PROSES
PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 3 DONOROJO
PACITAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
menurut islam adalah pendidikan yang difahami dan dikembangkan serta disusun
dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya,
yaitu al-quran dan al-sunnah. Adapun pendidikan agama islam adalah upaya
mendidikkan agama islam atau ajaran islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way
of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Sehingga pendidikan agama
islam merupakan proses pemberdayaan dan pewarisan ajaran agama, budaya, dan
peradaban umat islam dari generasi ke generasi sepanjang sejarahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramayulis
yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan Agama Islam adalah merupakan upaya sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam
dari sumber utamanya kitab suci al-quran, dan al-hadits, melalui kegiatan
bimbingan, mengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman”.[1]
Pendidikan
Agama Islam merupakan core (inti), sehingga bahan-bahan kajian yang
termuat dalam pendidikan umum yang disertai dengan mengembangkan IQ, EQ, CQ,
dan SQ, juga harus dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai islam (PAI). Dengan
demikian, Pendidikan Agama Islam bukan sekedar berfungsi sebagai upaya
pelestarian ajaran dan nilai-nilai agama islam, tetapi juga berfungsi untuk
mendorong pengembangan kecerdasan dan kreativitas peserta didik, serta pengembangan
tenaga yang produktif, inovatif yang memiliki jiwa pesaing, sabar, rendah hati,
menjaga harga diri (self-esteem), berempati, mampu mengendalikan diri dan nafsu
(self-control), beraklak mulia, bersikap amanah dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankannya.
Indonesia adalah Negara dengan kuantitas penduduknya beragama
Islam. Yang seharusnya pendidikan agama Islam menjadi sebuah primadona bagi
masyarakat Indonesia. Seperti orang tua, peserta didik, dan lain-lain, dan yang seharusnya pendidikan agama Islam menjadi
sebuah momok pendidikan yang penting. Karena dalam pendidikan agama Islam,
banyak sekali uraian-uraian yang berhaluan atas berdasarkan al-Qur’an dan al- Hadist yang menjadi pegangan hidup seorang
muslim sampai liang kubur dan akan mendapatkan syafaatnya sampai kapan pun.
Akan tetapi, daya tarik masyarakat Indonesia sedikit sekali untuk memasukkan
penerus keturunan hidupnya ke lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Kurang tertariknya masyarakat untuk memilih lembaga-lembaga pendidikan Islam sebenarnya bukan karena
terjadi pergeseran nilai atau ikatan keagamaannya yang mulai pudar, melainkan
karena sebagai besar kurang menjajikan masa depan dan kurang responsive
terhadap tuntunan dan permintaan saat ini maupun mendatang. Padahal, paling
tidak ada tiga hal yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih lembaga
pendidikan, yaitu nilai (agama), status sosial dan cita-cita. Masyarakat yang terpelajar akan semakin beragam
pertimbangannya dalam memilih pendidikan bagi anak-anaknya. Hal ini berbeda
dengan kondisi tempo dulu yang masih serba terbatas dan terbelakang. Tempo
dulu, pendidikan lebih merupakan model untuk pembentukan maupun pewarisan
nilai-nilai keagamaan dan tradisi masyarakat. Artinya, kalau anaknya sudah
mempunyai sikap positif dalam beragama dan dalam memelihara tradisi
masyarakatnya, maka pendidikan dinilai sudah menjalankan misinya. Tentang
seberapa jauh persoalan keterkaitan dengan kepentingan ekonomi, ketenagakerjaan
dan sebagainya merupakan persoalan yang kedua. Akan tetapi, bagi masyarakat
yang sudah semakin terdidik dan terbuka, pada umunya lebih rasional, pragmatis,
dan berfikir jangka panjang dan karenanya pula, ketiga aspek tersebut (nilai,
status social, cita-cita) dijadikan pertimbangan secara bersama-sama, bahkan
dua pertimbangan terakhir (status social dan cita-cita) cenderung lebih
dominan.[2]
Menuju pendidikan Islam pertama adalah niscaya bahwa kehadiran
lembaga pendidikan Islam yang berkualitas dalam berbagai jenis dan jenjang
pendidikan itu sesungguhnya sangat diharapkan oleh berbagai pihak, terutama
umat Islam. Bahkan kini terasa sebagai kebutuhan yang sangat mendesak terutama
bagi kalangan muslim kelas menengah ke atas yang secara kuantitatif terus
meningkat belakangan ini. Fenomena sosial yang sangat menarik ini mestinya bisa dijadikan tema sentral
kalangan pengelola lembaga pendidikan Islam melakukan pembaharuan dan
pengembangan.[3]
Pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai
makhluk paedagogis, manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan
mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta pendukung dan pemegang
kebudayaan.[4]
Salah satu pesan dalam pendidikan agama Islam adalah menjadikan
pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang dapat memacu siswa rajin dan
pintar serta kreatif dan inovatif.[5]
Karena dalam logika al-Quran manusia memiliki segala kelebihan yang potensial dan mereka
harus mengarahkan diri mereka sendiri untuk menerapkan kecenderungan-
kecenderungan baik itu dalam perintis tindakan.[6]
Untuk
menciptakan masyarakat (siswa) yang kompetitif dan memiliki potensial yang
lebih maju dalam bidang pendidikan agama islam, diperlukan adanya sebuah proses
kerja sama dari pendidik (guru) dan masyarakat (siswa) dalam kegiatan belajar
mengajar. Sehingga proses belajar mengajar tersebut dapat tersampaikan dengan
baik. Adanya Kegagalan dan kesuksesan menanamkan nilai-nilai agama islam dalam
pribadi siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya adalah dari faktor tatacara atau proses penyampaian materi Pendidikan
Agama Islam terhadap siswa sehingga dapat membuatnya mudah menerima dan
memahami pelajaran tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
ataupun sebaliknya. Kemudian faktor lingkungan
tempat asal siswa.
Lingkungan tempat tinggal siswa juga mempengaruhi penyerapan hasil dari
pembelajaran siswa yang telah ia peroleh dari sekolah. Siswa yang bukan dari lingkungan pesantren atau akademis, yaitu dari masyarakatnya belum mengenal islam secara dalam serta kurangnya
lembaga dan tempat-tempat untuk memperdalam agama islam, seperti pendidikan
baca tulis al-quran, Madin, akan memperlambat penyerapan dan penerapan nilai-nilai agama islam
dalam diri siswa.
Tugas seorang guru memang berat dan banyak. Akan tetapi semua
tugas guru itu akan dikatakan berasil apabila ada perubahan tingkah laku dan
perbuatan pada siswa ke arah yang lebih baik. Maka tentunya hal yang paling mendasar
ditanamkan adalah nilai-nilai keagamaan. Sehingga dapat berdampak pada
kerendahan hati dan perilaku yang baik, baik terhadap sesama manusia,
lingkungan dan yang paling pokok adalah kepada Allah Swt. jika ini semua kita
perhatikan maka tidak akan terjadi kerusakan alam dan tatanan kehidupan.
Dengan
memperhatikan uraian-uraian tersebut diatas, mendorong penulis ingin mengetahui
proses pembelajaran PAI di Sekolah Umum Pertama dengan mengamati secara teliti dan sistematis melalui
penelitian, dengan judul: “PROSES
PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SMPN 3 DONOROJO, PACITAN”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Sesuai dengan penjabaran masalah diatas maka dalam
penelitian ini peneliti akan membatasi ruang lingkupnya sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran nilai-nilai keagamaan
melalui Pendidikan Agama Islam di SMPN 3 Donorojo, Pacitan.
2.
Kegiatan yang dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam dan siswa SMPN 3 Donorojo, Pacitan dalam pembinaan dan penerapan nilai-nilai agama islam
(PAI) dalam lingkungan akademis dan masyarakat.
3.
Faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 3 Donorojo, Pacitan.
2. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang dan batasan masalah tersebut diatas, maka permasalahannya dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran nilai-nilai
keagamaan melalui Pendidikan Agama Islam di SMPN 3 Donorojo,
Pacitan?
2. Apa saja kegiatan yang dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam dan siswa SMPN 3 Donorojo, Pacitan dalam pembinaan dan penerapan nilai-nilai agama islam
(PAI) dalam lingkungan akademis dan masyarakat?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran nilai-nilai keagamaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 3 Donorojo, Pacitan?
C.
Tujuan
dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang
hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses penanaman nilai-nilai agama islam dalam
diri siswa SMP 3 Donorojo, Pacitan melalui Pendidikan Agama Islam.
2. Mengetahui lebih jelas tentang
kegiatan guru dan siswa SMPN
3 Donorojo, dalam pembinaan dan penerapan nilai-nilai agama islam (PAI) dalam
lingkungan akademis dan masyarakat.
3. Megidentifikasi faktor yang mendukung dan menghambat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap siswa SMPN 3 Donorojo, Pacitan.
2. Manfaat Penelitian
Setelah menentukan tujuan,
selanjutnya menentukan kegunaan penelitian atau manfaat dari dilaksanakannya
suatu penelitian baik untuk pengembangan teori, bagi peneliti, lembaga
pendidikan maupun khalayak umum.
1.
Bagi Peneliti
a.
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan dalam bidang
pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran nilai-nilai keagamaan melalui
pendidikan agama islam di SMPN
3 Donorojo, Pacitan.
b.
Memberikan pengetahuan dan pengalaman secara langsung mengenai
bagaimana proses
pembelajaran pendidikan agama islam serta menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar dan kehidupan sehari-hari.
2.
Bagi lembaga pendidikan
a.
Memberikan konstribusi keilmuan dalam bidang pendidikan.
b.
Menjadi masukan bagi pendidik tentang pentingnya proses Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan mental dan jiwa siswa dan penerapannya.
3. Bagi Khalayak Umum
Sebagai
pegetahuan atau informasi serta menambah partisipasi dan kepedulian masyarakat
umum terhadap dunia pendidikan.
D.
Deskripsi
Hasil Observasi
Dari hasil observasi lapangan yang dilakukan peneliti,
dapat digambarkan sebagai berikut:
SMPN
3 secara geografis terletak di desa klepu, kecamatan Donorojo, kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sekolah ini memiliki sekitar 200 sisiwa aktif dari kelas I sampai III. SMPN 3 dibangun di atas tanah yang sangat
luas yang bangunannya menghadap kearah barat dengan bentuk bangunan membentuk
huruf O. Disana terdapat dua halaman sekolah. Halaman sekolah yang pertama
terletak di depan sekolah, di halaman ini terdapat pohon-pohon serta terdapat tempat
parkiran untuk para guru dan siswa. Halaman sekolah yang kedua terletak di
tengah-tengah sekolah. Halaman ini dipergunakan untuk berbagai aktifitas siswa,
seperti kegiatan kepramukaan dan tempat bermain ketika waktu istihat.
Untuk kegiatan
belajar mengajar dimulai pada jam 07.00 sampai 12.00 WIB. Dimulai dan diakhiri dengan membaca doa. Dalam kegiatan pembelajaran
PAI dilaksanakan dalam ruang kelas dengan jumlah
murid di
setiap kelas sekitar 20 anak. Di dalam kelas terdapat majalah dinding yang menghadap ke selatan di belakang meja
siswa, papan informasi menghadap ke barat dekat dengan meja guru, whiteboard yang menghadap ke utara terletak di samping guru, serta papan administrasi yang menghadap ke barat berdekatan dengan papan
informasi, adapun kelas menghadap ke seletan.
Siswa sangat
antusias dalam mendengarkan dan mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Dalam kegiatan pembelajaran PAI, Umi Khasanah sebagai salah satu dari pendidik
mengatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran PAI anak-anak didik sangat
antusias dan tertarik. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka memperhatikan,
mendengarkan, duduk, serta adanya sifat timbal balik/respon dari pendidik dan
anak didik. Umi Khasanah juga menambahkan bahwa hal ini juga tidak terlepas
dari metode yang ia terapkan, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan
praktek. Menurutnya seorang guru PAI
dalam menyampaikan materi harus inovatif dan kreatif, tidak terfokus pada satu
metode pengajaran saja. Sehingga anak didik tidak akan merasa rasa jenuh dan
bosan.
Diperlukan
kesabaran dan ketelatenan seorang guru PAI
dalam menyampiakan materi di sekolah tersebut. Hal ini dikarenakan anak didik
merasa sulit dan susah untuk menerima dan mengaplikasikan nilai-nilai agama
islam dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. Ummi khasanah berpendapat
bahwa ada faktor lain yang menyebabkan mereka lemah dalam menerima dan memahami
nilai-nilai ajaran islam, yaitu dikerenakan lingkungan tempat tinggal dan
pergaulan mereka tidak mendudung. Ummi khasanah menambahkan bahwa lingkungan
tempat tinggal mereka masih sangat sedikit yang mengetahui tentang nilai-nilai
ajaran agama islam. Sehingga anak didik hanya mendapatkan materi pendidikan
agama silam dari sekolah saja. Selain hal itu, ia menambahkan bahwa tidak
adanya pendidikan keagamaan, seperti Madin, pendidikan al-quran yang membimbing
anak didik untuk mempelajari dan memahami agam islam, jaga menjadi faktor
kendala anak didik.
Walaupun
demikian, Umi Khasanah dan Suliah berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam
sangat penting, karena di dalamnya
terdapat nilai-nilai ajaran agama islam, yang menjadikan anak didik dapat
membedakan mana yang semetinya ia harus lakukan dan tidak.
Inilah
sebuah proses, proses pembelajaran anak didik untuk mengenalkan mereka tentang
nilai-nilai ajaran agama islam, yang harus mereka pegang dan mereka jadikan
panutan dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi individu-individu yang kuat, kompetitif, dan mampu
bersaing di dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul & Dian Andani, 2004. Pendidikan Agama Islam Kompetensi Konsep dan Implementasi
Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Malik, Fajar & Quo Vadis, 2006. Pendidikan Islam “Pengembangan Pendidikan Islam Yang Menjajikan
Masa Depan”. UIN-
Press.
Muhaimin, 2003. Arah Baru Pendidikan
Islam, Pemberdayaan Kurikulum Hingga Refidinasi Islamisasi Pengetahuan. Bandung : Yayasan Nuansa
Cendekia.
Nawawi, Rifaat Syauqi, dkk, 2002. Metodologi
Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ramayulis, 2010.
Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
E.
LAMPIRAN
WAWANCARA
Observator:
Ibu, apakah hari ini di sekolah anda ada kegiatan belajar mengajar pendidikan
agama islam?
Suliyah: hari
ini ada, Mbak. Seminggu sekitar empat atau lima pertamuan.
Observator:
bolehkah saya melihat dan mengamati proses kegiatan belajar mengajar pendidikan
agama islam di sekolah anda?
Suliyah:
silahkan, mbak. Saya sangat senang sekali, mudah-mudahan berguna buat kita
semua. Dan dapat menjadi tolak ukur sejauh manakah keberhasilan kami dalam
menanamkan nilai-nilai keagamaan pada siswa SMPN 3 ini.
Observator: bagaimana kegiatan belajar mengajar di sekolah anda
khususnya dalam bidang PAI?
Ummi khasanah: Alhamdulillah lancar dan baik. Siswa sangat antusias dan
respek terhadap mata pelajaran PAI.
Observatory: apakah ada kendala dalam penyampaian bahan mata pelajaran
PAI di sekolah anda?
Ummi khasanah: ada, karena kebanyakan siswa belum bisa membaca alquran
serta mengenal huruf hijaiyyah. Karena di lingkungan masyarakat tempat siswa
tinggal pengetahuan tentang agama islam masih sangat sedikit sekali, tidak ada
tempat-tempat yang mendukung siswa mengembangkan pembelajaran PAI disekolah
sehingga menghambat kemajuan pemahaman mereka.
Observator: Metode apa saja yang anda gunakan dalam penyampain bahan
mata pelajaran PAI?
Ummi Khasanah: metode yang saya gunakan dalam penyampaian mata pelajaran
PAI tidak monoton, Mbak. Selalu berubah-rubah, sesuai dengan sub-sub mata
pelajaran PAI yang sedang dipelajari. Terkadang saya menggunakan metode
demonstrasi, terkadang ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan praktek. Hal ini saya
lakukan agar siswa tidak jenuh dan bosen terhadap mata pelajaran PAI serta
memudahkan mereka untuk memahami dan mengamalkan apa yang telah mereka peroleh.
Observator: bagaimanakah motivasi dan minat siswa selama kegiatan
belajar mengajar tersebut?
Ummi khasanah: walaupun mayoritas mereka berasal dari lingkungan
masyarakat yang belum mengenal islam secara baik, tapi minat dan kemauan mereka
untuk belajar agama sangat baik sekali. Hal ini dapat saya perhatikan ketika
mereka mengikuti mata pelajaran PAI, mereka sangat antusias dan memperhatiakan.
Observator:
sejauh manakah aplikasi siswa dalam menerima nilai-nilai keagamaan melalui
Pendidikan agama Islam dalam lingkungan akademik dan masyarakat?
Ummi khasanah:
mereka menerapkan apa yang telah mereka dapatkan disekolah khususnya dalam
pembelajaran PAI. Walaupun dalam prakteknya mereka masih memerlukan bimbingan
dan latihan.
Observator:
apakah ada kait-kiat khusus dari anda dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan
melalui pendidikan agama islam, sehingga memudahkan dan membantu isiwa untuk
memahami mata pelajaran tersebut?
Ummi Khasanah:
saya berusaha memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa apa
yang telah mereka pelajari. Dimulai dari hal-hal yang kecil, misal tentang
nilai-nilai kesopanan yaitu harus selalu berkata yang baik dan tidak berkata
yang kasar dan kotor terhadap guru dan orang tua. Penanaman nilai-nilai jujur
yaitu ketika mengerjakan tugas atau latihan siswa dilarang mencontek dengan
teman lainnya. Dari kebiaasaan ini, diharapkan sisiwa menjadi siswa yang
bertanggung jawab dan selalu memegang nilia-nilai keagaamaan ketika akan
melakukan sesuatu.
Observator:
apakah sarana dan prasarana sudah mendukung kegiatan belajar mengajar
pendidikan agama islam, sehingga membuat siswa nyaman dan tertarik dalam
belajar?
Ummi khasanah:
alhamdulillah, Mbak. Untuk sarana dan prasaran sudah memadai. Walaupun masih
ada yang perlu ditingkatkan lagi.
Observator:
menurut anda, sejauh manakah pentingnya penanaman nilai-nilai keagamaan melalui
pendidikan agama islam di banding dengan pelajaran lain?
Suliayah:
menurut saya kedua-duanya penting, Mbak. Namun proporsi agama lebih banyak. Karena
di dalamnya terdapat nilai-nilai ajaran agama islam, yang menjadikan anak didik
dapat membedakan mana yang semetinya ia harus lakukan dan tidak. Serta menjadikan
siswa yang kompetitif, jujur, dan bertanggung jawab.
Observator:
apakah bahan ajar PAI telah sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditetapkan pemerintah, sehingga mampu bersaing dengan sekolah-sekolah yang
lain?
Suliyah: sudah
memenuhi standar, Mbak. Sekitar 40-80%.
F.
LAMPIRAN
FOTO
[1] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam
(Jakarta, Kalam Mulia, 2010). Hal 21.
[2] Malik Fajar, Quo Vadis Pendidikan Islam “Pengembangan
Pendidikan Islam Yang Menjajikan Masa Depan” (:UIN- Press, 2006), hal. 11-12
[4] Abdul Majid dan Dian Andani, Pendidikan Agama Islam
Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2004), hal. 130
[5] Muhaimin, Arah Baru Pendidikan Islam, Pemberdayaan
Kurikulum Hingga Refidinasi Islamisasi Pengetahuan (Bandung : Yayasan Nuansa
Cendekia, 2003), hal. 185
[6] Rifaat Syauqi Nawawi, dkk, Metodologi Psikologi Islam
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), hal. 15
membantu sekali. terima kasih :)
BalasHapus