Selasa, 24 Januari 2012

1. Bagaimana al-Quran menempatkan perempuan di dalam kehidupan ?

Jawab: ISLAM menempatkan kaum perempuan pada kedudukan yang tinggi. Ini dapat dilihat dari data tekstual yang tertuang dalam Al Quran maupun hadis. Ungkapan penghargaan terhadap kaum perempuan sudah sangat lumrah kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, ungkapan bahwa surga di bawah telapak kaki ibu. Bentuk lain yang barangkali belum banyak diketahui masyarakat luas adalah bentuk penghargaan yang diwujudkan dalam bentuk material, khususnya arsitektur Islam.

Allah berfirman:"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan peliharalah hubungan kekeluargaan (tali rahim)" (Qur'an 4:1).

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa pria dan wanita dalam Islam setara secara intrinsik dalam peristiwa penciptaan dan secara ekstrinsik dalam hubungan mereka satu sama lain maupun kewajiban-kewajiban mereka terhadap Tuhan. kemudian, al-Quran seakan lebih meninggikan perempuan karena ia menyebutkan rahim di akhir ayat ini, tentu sebagai penghormatan atas peran mereka sebagai ibu.

2. Jelaskan pengertian min nafs wahidah dalam surah annisa’ ayat 1 !

Jawab: Yang di maksud dengan min nafsi wahidah adalah nabi adam.

3. Jelaskan 1 ayat yang menjelaskan bahwa islam tidak membedakan manusia karena jenis kelamin !

Jawab: Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Tuhan (QS. Az-Dzariyat/51:56). Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal, yaitu dalam Al-Qur'an biasa diistilahkan sebagai orang-orang yang bertaqwa, dan untuk mencapai derajat bertaqwa ini tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu. Dalam kapasitas sebagai hamba, laki-laki dan perempuan masing-masing akan mendapatkan penghargaan dari Tuhan sesuai dengan kadar pengabdiannya (Q.S. al-Nahl/16:97).

Laki-laki dan Perempuan sebagai Khalifah di Bumi

Maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi, selain untuk menjadi hamba yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah swt, juga untuk menjadi khalifah di bumi (QS. Al-An'am/6:165). Kata Khalifah tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba Tuhan.

4. Agar alam tidak rusak manusia tidak boleh isyaraf, itraf dan tadbir. Sebutkan ayat yang terkait dengan tiga sikap ini dan jelaskan maksudnya ?

Jawab: Surat Ar Rum [30] ayat 41-42 tentang Larangan Membuat Kerusakan di Muka Bumi
Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah : Adakanlah perjalanandimuka bumi dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS Ar Rum : 41-42)
maksud dari kandungan ayat di atas adalah bahwa tugas manusia
Selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk memanfaatkan, mengelola dan memelihara alam semesta. Allah telah menciptakan alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan semua makhluk-Nya, khususnya manusia.
Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Tanah longsor, banjir, kekeringan, tata ruang daerah yang tidak karuan dan udara serta air yang tercemar adalah buah kelakuan manusia yang justru merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat Islam dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi

5. Jelaskan maksud bahwa harta hakikatny milik Allah, amanah untuk manusia, hiasan hidup dan ujian, serta sebutkan ayat yang terkait dengan topik ini?

Jawab: semua yang datang dari Allah pasti kan kembali kepada-Nya, itulah salah satu prinsip kehidupan, begitu juga halnya dengan harta, harta adalah merupakan barang titipan yang Allah titipkan kepada manusia agar dipergunakan dengan sebaik-baiknya, kemudian sewaktu-waktu diambil-Nya. Terkadang Harta yang kita peroleh dapat berupa nikmat ataupun cobaan dari Allah. Sebagaimna firman Allah:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,” (al-Baqarah, 2: 155)

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan,” (ali-Imran: 186)

musibah berupa “kekurangan harta,” mencakup berkurangnya harta akibat bencana, hanyut, hilang, atau dirampas oleh sekelompok orang zhalim, ataupun dirampok.

6. Al-qur’an menegaskan bahwa manusia harus bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak boleh putus asa. Sebutkan 1 ayat yang terkait dengan hal ini dan jelaskan kaitannya dengan konteks sekarang?

Jawab:

Allah SWT berfirman,

يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

Artinya:
"Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
(QS. Yusuf: 87).

Dari ayat tersebut sangat jelas kalau putus asa hanyalah untuk orang-orang yang kafir. Dari putus asa bisa mengakibatkan hal lain yang bisa menyalahi aturan agama dan bahkan hukum negara, misal saja bunuh diri, merampok dan lain-lain.

Dalam kaitannya dengan hal ini, perkembangan teknologi semakin pesat, persaingan dunia kerja semakin tinggi, dan tingkat pengangguran semain banyak. Banyaknya tingkat pengangguran di kalangan masyarakat pada era global ini, khususnya kaum muda disebabkan pada diri mereka tidak tertanam rasa etos kerja yang tinggi dan mudah putus asa dalam menghadapi kehidupan. Hal inilah yang harus dihindarkan dan dibuang dalam kehidupan agar segala sesutu bisa tercapai dengan kerja keras dan tidak mudah putus asa.

7. Al-qur’an memberikan prinsip utama terkait dengan etika politik yaitu, amanah, musyawarah, keadilan, persamaan dan toleransi. Jelaskan masing-masing topik ini serta dengan yang berkaitan langsung ?

Jawab: Kata musyawarah terambil dari akar kata sy-, w-, r-, yang pada mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada dasarnya hanya

digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya.

           Allah berfirman Dalam surat Ali 'Imran (3): 159
          Maka disebabkan rahmat dari Allahlah, engkau bersikap lemah lembut terhadap     mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras, niscaya mereka akan  menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (tertentu). Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad,bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
 
          Ayat ini dan segi redaksional ditujukan kepada Nabi Muhamma Saw. agar     memusyawarahkan persoalan-persoalan tertentu dengan sahabat atau anggota masyarakatnya. Tetapi, seperti yang  akan dijelaskan lebih jauh, ayat ini juga merupakan petunjuk kepada  setiap  Muslim,  khususnya  kepada   setiap   pemimpin,   agar bermusyawarah dengan anggota-anggotanya.
 

KEADILAN

Keadilan adalah suatu sikap atau perilaku yang tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya dalam berbagai hal.

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (9)

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.(QS.Al-Mumtahabah:8-9)

TOLERANSI

Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.

Q:S Yunus:40-41

“di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”.

Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah menjelaskan orang yang tidak beriman (kaun Kafir) yang mendustakan Al Qur’an dibagi menjadi dua. Pertama golongan yang benar-benar mempercayai dengan iktikad baik terhadap Al Qur’an, mereka termasuk orang yang menghormati pendapat orang lain. Kedua golongan yang sama sekali tidak mempercayai dan terus menerus di dalam kekafiran, mereka termasuk orang membuat kerusakan.

Pada ayat yang ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi kamu pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar. Yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai.

8. Apa yang dimaksud dengan ketaatan Ulil Amri dalam Q.S (4/59-60)?

Jawab:Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa: 59)

Makna Ulil Amri

‘Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan, dari Ibnu ‘Abbas bahwa, “Wa uulil amri minkum” (Dan Ulil Amri di antara kamu), maknanya adalah ahli fiqh dan ahli agama. Sedangkan menurut Mujahid, ‘Atha, Al-Hasan Bashri dan Abul ‘Aliyah-begitu pula Ibnu Qayyim Al-Jauziyah-, bermakna ulama. Ibnu Katsir menambahkan, “Yang jelas bahwa Ulil Amri itu umum mencakup setiap pemegang urusan, baik umara maupun ulama.”

Ibnu Qayyim dalam I’lamul Muwaqi’in mengatakan, “Allah SWT memerintahkan manusia agar taat kepada Ulil Amri, dan Ulil Amri itu tidak lain adalah ulama, akan tetapi diartikan juga sebagai umara (pemerintah/tokoh formal masyarakat).”

Jadi, tidaklah benar ‘Ulil Amri’ bermakna satu-satunya pemimimpin dalam satu jamaah tertentu.

Ibnu Katsir berkata, “Ayat di atas (QS. An-Nisa: 59) adalah perintah untuk mentaati ulama dan umara. Untuk itu Allah berfirman, ‘Taatlah kepada Allah,’ yaitu ikutilah Kitab-Nya (Al-Qur’an), ‘Dan taatlah kepada Rasul,’ yaitu peganglah Sunnahnya, ‘Dan Ulil Amri di antara kamu,’ yaitu pada apa yang mereka perintahkan kepada kalian dalam rangka taat kepada Allah, bukan dalam maksiat kepada-Nya. Karena, tidak berlaku ketaatan kepada makhluk dalam rangka maksiat kepada Allah.”

Artinya taat kepada Ulil Amri ada batasannya, berbeda dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya yang merupakan sesuatu yang mutlak.

Larangan Taqlid pada Ulil Amri

Ibnu Qayyim meneruskan dalam kitabnya tersebut, bahwasannya makna taat kepada Ulil Amri adalah bertaqlid kepada apa yang mereka fatwakan. Akan tetapi hal yang tidak dimengerti oleh orang-orang yang taqlid adalah bahwa Ulil Amri-seharusnya-hanya ditaati apabila tidak keluar dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Para ulama dalam hal ini hanya berfungsi sebagai mediator (penyampai perintah dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat), sementara Umara memegang peranan sebagai fasilitator demi kelancarannya. oleh karena itu, ketaatan kepada mereka merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Di bagian mana dalam ayat ini yang menunjukkan prioritas pendapat para ulama atas Sunnah Rasulullah SAW, dan anjuran untuk bertaqlid kepada pendapat-pendapat itu?

Ibnu Qayyim meneruskan, bahwa sesungguhnya ayat yang membicarakan tentang ketaatan kepada Ulil Amri adalah alasan yang paling kuat untuk membantah dan memperjelas kekeliruan taqlid. Kekeliruan tersebut dapat dilihat dari beberapa sisi:

Pertama, perintah taat kepada Allah adalah perintah untuk melakukan segala apa yang diperintahkannya, dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.

Kedua, Ketaatan kepada Rasul SAW. Dua bentuk ketaatan ini tidak akan dapat ditunaikan oleh seorang hamba kecuali dengan mengenal dan tahu persis apa yang diperintahkan kepadanya. Orang yang tidak mengetahui perintah-perintah Allah dan hanya bertaqlid kepada Ulil Amri, niscaya ia tidak mungkin mewujudkan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ketiga, Di dalam sebuah riwayat ditemukan larangan untuk bertaqlid kepada Ulil Amri, sebagaimana terdapat dalam riwayat yang bersumber dari Mu’adz bin Jabal, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas dan lain-lain dari kalangan sahabat. Teks riwayat itu telah kita ketahui dari 4 Imam besar Al-Matbu’ (yang diikuti).

Keempat, Allah SWT berfirman, “Apabila kalian berselisih dalam sebuah urusan, maka kembalikanlah hal itu kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnahnya), sekiranya kalian beriman kepada-Nya dan kepada hari kiamat.” S. An-Nisa: 59)

9. jelaskan maksud “ kekuasaan” pada Q.S.(6/ 108) ?

Jawab: maksud kekuasaan pada ayat ali imran 26-27 adalah kenabian. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Ibnu Abbas bahwa dalam menafsirkan al-mulku yang berarti kekuasaan itu ialah an-Nubuwwah , yaitu kenabian.

10. Bagaimna al-Quran menjelaskan tentang keharusan kita melindungi agama lain dalam Q.S (6/108)?

Jawab: Al-Qur’an menitahkan kepada kaum Muslimin untuk tidak mencela orang-orang kafir dan para penyembah berhala; karena sebagai tandingannya mereka juga akan menggunakan cara yang sama. Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami hiasi bagi setiap umat pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah tempat kembali mereka, lalu Dia memberitahukan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Qs. Al-An’am [6]:108)

Mengingat penjelasan instruksi-instruksi Islam disertai dengan logika, argumentasi dan model-model damai, al-Qur’an menganjurkan dengan sangat kepada sebagian orang beriman, berdasarkan keprihatinan yang mendalam terhadap masalah penyembahan berhala sehingga melontarkan makian kepada para penyembah berhala, untuk tidak menghindari ucapan-ucapan tidak senonoh kepada mereka. Islam memandang perlu ditunaikannya prinsip-prinsip adab, kehormatan dan sopan santun dalam menjelaskan ajaran-ajarannya, bahkan di hadapan agama yang paling buruk dan khurafat sekali pun. Karena setiap kelompok dan bangsa, bersikap puritan dan fanatik terhadap keyakinan dan amalan-amalannya. Berkata-kata tidak senonoh dan bersikap kasar akan membuat mereka semakin keras membela keyakinan mereka.

11. Dalam sebuah kasus kita diharuskan menjadi muslim yang total (kaffah) dalam surah (2/208) jelaskan pengertiannya?

Jawab: Islam kaffah maknanya adalah : Islam secara menyeluruh, yang Allah ‘Azza wa Jalla perintahkan dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 208. Perintah kepada kaum mu`minin seluruhnya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
[البقرة/208]
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” [Al-Baqarah : 208]


Memeluk dan mengamalkan Islam secara kaffah adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus dilaksanakan oleh setiap mukmin, siapapun dia, di manapun dia, apapun profesinya, di mana pun dia tinggal, di zaman kapan pun dia hidup, baik dalam sekup besar ataupun kecil, baik pribadi atau pun masyarakat, semua masuk dalam perintah ini : “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh) Pada ayat yang sama, kita dilarang mengikuti jejak langkah syaithan, karena sikap mengikuti jejak-jejak syaithan bertolak belakang dengan Islam yang kaffah
.

12. Al-Quran menjelaskan tentang kebajikan dengan istilah Al-Birr dalam Q.S. (2/177) jelaskan maksudnya!

Jawab:

ibnu katsir dalam tafsirnya menjelaskan:

Maksud ayat ini ialah setelah Allah menyuruh kaum mukmin menghadap ke Baitul Maqdis, Allah mengalihkan kiblat mereka ke Ka'bah, maka hal itu membuat ragu segolongan Ahli Kitab dan sebagian kaum muslim. Lalu Allah menurunkan ayat yang menjelaskan tentang hikmah pengalihan itu. Tujuan pengalihan itu ialah untuk melihat siapa yang taat kepada Allah, menjalankan segala perintah-Nya, menghadap ke mana pun mereka disuruh, dan mengikuti apa yang disyariatkan-Nya. Hal ini merupakan kebajikan, ketakwaan, dan ke-imanan yang sempurna.

Menghadap ke arah timur atau barat tidak mengandung kebajikan dan ketaatan jika tidak bersumber dari perintah dan syariat Allah. Oleh karena itu, Dia berfirman,

"Kebajikan itu bukanlah dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, namun kebajikan itu ialah dengan beriman kepada Allah, hari akhir."

13.   Al-Quran memberi gambaran tentang sikap yahudi dan nasrani terhadap islam dalam Q.S. (2/120) jelaskan pengertiannya?
   Mufasir besar Ar-Razi mengemukakan  bahwa  maksud  ayat  ini adalah menjelaskan:
 
   "Keadaan  mereka  dalam  bersikeras berpegang pada kebatilan mereka, dan ketegaran mereka dalam kekufuran,  bahwa  mereka itu  juga  (di  samping  kekufuran  itu)  berkeinginan  agar diikuti millat mereka. Mereka tidak rela dengan kitab  (suci yang dibawa beliau), bahkan mereka berkeinginan (memperoleh) persetujuan  beliau  menyangkut   keadaan   mereka.   Dengan demikian  (Allah)  menjelaskan  kerasnya  permusuhan  mereka terhadap Rasul, serta menerangkan situasi yang mengakibatkan keputusasaan tentang persetujuan mereka (menganut Islam)."
 
     Ayat di atas, secara tegas menyatakan bahwa selama seseorang itu  Yahudi (Ingat bukan Al-Ladzina Hadu atau Ahl Al-Kitab), maka ia pasti tidak akan rela  terhadap  umat  Islam  hingga umat  Islam  mengikuti  agama/tatacara  mereka.  Dalam arti, menyetujui sikap dan tindakan serta arah yang mereka tuju.
 

14. Apa yang dimaksud dengan membunuh 1 nyawa sama seperti membunuh semua manusia dalam Q.S. (5/32)

Jawab: Allah berfirman:

Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain (bukan karena qishash), atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya; dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya (Q.S. al-Maidah 5: 32).

Penjelasan ayat ini lebih-kurang sebagai berikut. Peraturan apa pun yang baik --yang ditetapkan baik oleh manusia maupun Allah-- pada hakikatnya untuk kemaslahatan "masyarakat manusia". Dan kalau kita berkata "masyarakat", maka kita semua tahu bahwa ia adalah kumpulan dari saya, Anda, dan dia --kumpulan manusia. (artikel quraisy shihab)

15. pada saat apa perang diperbolehkan dalam islam, seperti yang dijelaskan dalam Q.S. (22/39-40) ?

jawab: Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 39-40


أُذِ َن لِلَّذِينَ يَُقاتَُلو َ ن بَِأنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عََلى نَصْرِهِمْ َلَقدِير

Artinya:“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi,
karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya
Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu”
maksud dari ayat ini adalah, Pada posisi teraniaya siapapun dan dimanapun seseorang akan berdimensi kemanusiaan. Maka disinilah agama Islam merupakan agama yang penuh rahmah bagi seluruh umat manusia.

Kaum muslimin di perbolehkan berperang ketika:

1. Karena kaum muslimin dianiaya atau mempertahankan diri,
2.Menjalankan agama
3. Kebebasan agama yang terampas

16. Al-quran bersikap tegas terhadap keyakinan bahwa Allah adalah almasih putra maryam. Q.S (5/17) jelaskan maksudnya ?

Jawab: Allah berfirman:

“Sungguh telah kafir orang-orang yang meyakini, bahwa Tuhan itu adalah Al-Masih putera Maryam. Katakanlah, Maka siapakah yang dapat menahan Allah, jika hendak mematikan Al-Masih putera Maryam dan ibunya atau seluruh yang hidup di muka bumi ini...(al-maidah:17)

Dengan ayat di atas Allah ingin menyatakan, bahwa Isa Al-Masih as. bukanlah Tuhan, tapi seorang manusia pilihan Allah. Karena terbukti (menurut kaum Nashrani), bahwa Al-Masih telah meninggal, apapun alasan kematiannya. Hal ini mengindikasikan bahwa Al-Masih itu tidak lain dari ciptaan Allah semata, karena ciri khas Tuhan adalah kekal dan sejati.