Kamis, 04 Juni 2009

Perkembangan sastra Arab dalam genre prosa

Istilah adab saat ini banyak digunakan dengan makna sastra, seperti istilah كلية الأدب ( Fakultas Sastra ), تاريخ الأدب العربي (Sejarah Kesusastraan Arab), النقد الأدبي ( Kritik Sastra ), dan الأدب المقارن (Sastra Perbandingan). Adab merupakan suatu bentuk ekspresi kehidupan melalui sarana bahasa. Karena itu, mempelajari adab juga erat hubungannya dengan mempelajari kebudayaan dan lingkungan yang melingkupinya. Adab juga bisa dikatakan sebagai sebuah bentuk seni, sebagaimana seni musik atau seni rupa, hanya saja ia menggunakan bahasa sebagai sarananya.

Sejarah kesusastraan Arab terdiri dari beberapa periode, yaitu zaman jahiliyyah (pra-Islam), zaman permulaan Islam, zaman Bani Umayyah, zaman Bani Abbasiyah (berakhir bersamaan dengan keruntuhan Baghdad akibat serangan Mongol), zaman pertengahan / zaman kemunduran, dan zaman modern (sejak abad ke-13 H).

Secara garis besar, karya adab dibedakan atas dua genre ( النوع ), yaitu puisi (الشعر) dan prosa ( النثر ). Secara kategoris, puisi bisa dibedakan atas puisi perasaan (الشعر الغنائي أوالوجداني ), puisi cerita (الشعر القصصي أو الملحمي), puisi perumpamaan (الشعر التمثيلي ), dan puisi pengajaran ( الشعر التعليمي ). Prosa bisa dibedakan atas prosa tertulis dan prosa tak tertulis.

Prosa tertulis meliputi prosa naratif (القصة) dan prosa non naratif (المقال). Prosa naratif meliputi biografi (الرواية), kisah (القصة) , cerita pendek (الأقصوصة = القصة القصيرة), dan novel. Adapun prosa non naratif bisa dibedakan atas prosa subyektif (argumentasi/persuasi) (المقال الذاتي) dan prosa obyektif (deskripsi/eksposisi) (المقال الموضوعي). Prosa tak tertulis meliputi pidato (الخطابة), ceramah (baik ceramah audiovisual (المحاضرة) maupun ceramah auditorial (الحديث الاذاعي), dan drama (المسرحية). Drama sendiri dibedakan atas drama komedi (الملهاة) dan drama nonkomedi (المأساة). Diantara berbagai genre adab diatas, novel dan drama merupakan genre yang tidak asli Arab, akan tetapi datang dari Eropa. (supriyadie | Juni 1, 2008)

pada awalnya, prosa dalam khazanah sastra Arab berbeda secara terminologis dengan apa yang di kenal dalam sastra modern seperti yang di kemukakan Abrams. prosa dalam sastra Arab awal, lebih sesuai bila di artikan sebagai seni Retorika, mulai dari bentuk tulisan formal Administratif perkantoran(kitabah) hingga seni orasi (khitaabah). seni khitabah tidak seberuntung dengan seni kitabah karna ia berbentuk literacy (keberaksaraan) sementara penduduk Arab adalah masyarakat yang lebih yang mengutamakan kelisanan dan penghafalan. seni kitabah( tulis) baru di katakan sebuah seni pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik, penguasa Dinasti Umayyah. prosa mengalami perkembangan dan kemajuan yang berarti pada pemerintahan Bani Abbasiyah, walau pada awalnya masih berbentuk prosa ilmiah yang prosais atau seni Retorika yang tertulis.

Prosa Arab terus menapaki kesempurnaan, setelah muncul Al-maqomat yang berakar dari budaya Asli. Al-maqomat didefinisikan sebagai perumpamaan aktual tentang kehidupan yang di kemukakan dalam sebuah forum, Berbentuk cerita pendek dengan seorang tokoh cerita. keunggulan Al-maqomat ini terletak pada keindahan bahasa yang di gunakan.

persinggungan sastra Arab, khususnya Prosa mengalami masa berpengaruh pada saat masuknya kekuatan asing ke negara-negara Arab. pengaruh perancis lebih dahulu masuk ke mesir, tetapi pengaruh prosa dan drama di mulai dari libanon oleh Salim Bustani kemudian di segarkan di mesir. Ahmad Saqr, menyebutkan terdapat empat fase pertumbuhanProsa Arab Modern:

1. Paruh Pertama Abad 19, disebut fase taklid(tradisional) merupakan lanjutan dari dua masa sebelumnya, yaitiu Mamluki dan Usmani. ciri prosa fase ini adalah bertema sempit, ide dangkal, imajinasi kering, gaya bahasa lemah, dan didominasi oleh bahas artifisial.

2. Pruh Kedua abad 19 di sebut fase transisi. prosa mulai menyentuh tema-tema baru, seperti sosial dan polilit. ide mulai mendapat perhtian, penulis bebas dari artifisialisme, meski masih ada di dominasi oleh musikalitas, seperti katya muwalihi berjudul Hdis isa.

3. Abad ke 20 disebut fase perkembangan, dalam fase ini genre ptosa memiliki banyak genre seperti khitobah, risalah, maqalah, kissah, uqsussah, dan drama.padav fase ini ide-ide di perbaharui, dikreasikan, dan di perdalam. adanya perubahan prosa yang sangat berarti ini merupakan faktor dari perkembangan sastra modern.(muhammad Walidin, M.Hum).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar